Kecerdasan seseorang bisa dilihat dari perbuatannya. Keilmuan seseorang bisa dilihat dari pembicaraannya. Dan keimanan seseorang bisa dilihat dari kejujurannya.(pepatah)

Fitnah dan Ghibah

Kita sering melihat berita di televisi atau membaca surat kabar mengenai massa yang membakar/membunuh seseorang dengan tuduhan yang bersangkutan sebagai dukun santet. Tuduhan seperti ini sudah pasti berasal dari prasangka dan tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Tuduhan/cerita yang tidak benar mengenai seseorang dan kemudian disebarluaskan adalah fitnah. Suatu hari di zaman Nabi, seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, apakah yang disebut dengan ghibah?" Rasulullah saw menjawab, "Ghibah adalah menceritakan keburukan orang lain di belakang dia." Sahabat itu bertanya lagi, "Bagaimana bila keburukan itu memang terdapat pada dirinya?" Rasulullah menjawab, "Itulah yang disebut dengan ghibah."
"Lalu bagaimana bila keburukan itu tidak terdapat pada dirinya?" "Hal itu disebut dengan buhtân atau fitnah. Dosanya lebih besar daripada ghibah," jawab Rasulullah. Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang berghibah atau menyebarkan fitnah, pertama: karena kemarahan, kedua: karena dendam, ketiga: karena kedengkian, keempat: keinginan mempermainkan orang lain, kelima: keinginan untuk menaikkkan harga diri.

Dalam kehidupan ini, dimana setiap hari kita berhubungan/bersosialisasi dengan sesama, tidak bisa dihindari bahwa orang lain akan memiliki perasaan suka atau tidak suka pada diri kita. Kita tidak bisa memaksa seseorang untuk menyukai kita dan sebaliknya, yang bisa kita lakukan hanyalah berusaha sebaik mungkin untuk berbuat yang terbaik dan tidak merugikan orang lain.  Sebagai muslim, tentu kita meyakini semua yang terjadi di bumi adalah atas izin Allah, meskipun seseorang memiliki kekuasaan yang begitu besar di bumi dan kemudian melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak menyenangkan pada orang lain seperti berbuat tidak adil, meremehkan, merendahkan, menzalimi, dll., hal-hal tersebut bisa terjadi karena izin Allah, dan pasti ada hikmah dibalik semua kejadian. Semakin dekat seseorang dengan Allah, maka semakin berat cobaan/ujian yang diberikan pada orang tersebut. Cobaan tidak akan melebihi kemampuan manusia untuk mengatasinya.

Berhubungan dengan fitnah, hal paling tragis yang bisa terjadi adalah yang difitnah akan berhadapan dengan kematian, tetapi fitnah dan/atau ghibah juga dapat menjadi keuntungan bagi yang difitnah atau dighibah karena fitnah dan ghibah dapat mendatangkan pahala atau mengurangi dosa. Rasulullah pernah bercerita: Di Hari Kiamat nanti, ada orang yang dihempaskan di Pengadilan Allah. Kemudian diberikan kepadanya seluruh kitab catatan amalnya di dunia. Namun di dalamnya ia tak melihat satu kebaikan pun. Ia berkata, "Tuhanku, ini bukan kitabku karena aku tak melihat di situ ketaatanku." Tuhan menjawab, "Tuhanmu tidak pernah salah dan tidak pernah lupa. Seluruh amalmu hilang karena pergunjinganmu kepada orang banyak." Sementara ada seseorang lagi yang diberikan kitab catatan kebaikannya di dunia. Ia terkejut karena melihat di dalamnya ketaatan yang amat banyak; salat, shaum, dan haji yang tak pernah ia lakukan. Ia berkata, "Tuhanku ini bukan kitabku karena aku tak mengamalkan seluruh ketaatan ini." Tuhan menjawab, "Karena si Fulan pernah mempergunjingkanmu, maka seluruh kebaikannya dipindahkan ke dalam catatan amalmu.".

 “harga yang harus dibayar untuk kemuliaan adalah kedengkian. semakin mulia seseorang, maka akan semakin banyak yang mendengki”

Ar Yu ReDEY..?!