Dalam ilmu Psikologi Perkembangan (Development Psychology), dalam
perkembangan kepribadiannya, manusia mengubah-ubah bentuk kebutuhannya.
Dengan perkataan lain, kenikmatan manusia berganti-ganti sesuai dengan
perkembangan kepribadiannya. Pada tingkat yang masih awal sekali dalam
perkembangan kepribadian, kebutuhan manusia hanya berkaitan dengan
hal-hal yang konkret atau hal-hal yang berwujud dan kelihatan. Pada
tingkat ini, kebutuhan itu memerlukan pemuasan yang sesegera mungkin.
Sigmund
Freud bercerita tentang kesenangan anak-anak pada masa kecil mereka.
Menurutnya, ada tiga tahap perkembangan kenikmatan anak-anak. Ketiga
tahap itu memiliki persamaan. Semuanya bersifat konkret, bisa dilihat,
dan pemenuhannya sesegera mungkin. Kalau orang lapar, ia makan. Segera
dia puaskan dengan kesenangannya pada makan dan minum.
Dalam periode paling awal dari perkembangan kepribadian anak, letak kenikmatan adalah pada mulutnya. Ia menyebutnya Periode Oral.
Anak-anak menemukan kenikmatan ketika memasukkan sesuatu ke mulutnya.
Kesenangan ini diperoleh dalam pengalaman pertama ketika dia menyusu
pada ibunya. Dia lalu belajar memasukkan apa saja ke dalam mulutnya.
Pada periode oral ini, jika anak-anak diperintahkan untuk berjalan, dia
akan berusaha mengambil sesuatu dan mencoba memasukkannya ke mulut. Bila
tidak ada sesuatu yang bisa diraih untuk diletakkan ke dalam mulutnya,
dia kan memasukkan tangannya sendiri.
Dalam perkembangan
selanjutnya, kenikmatannya tidak hanya terletak pada mulut. Dia
mendapatkan kenikmatan ketika mengeluarkan sesuatu dari tubuhnya,
seperti ketika dia buang air besar atau buang air kecil. Masa itu
disebut Masa Anal. Pada periode ini, seorang anak bisa
berlama-lama di atas toilet. Dia senang melihat tumpukan kotorannya dan
kadang-kadang mempermainkannya.
Sesudah itu, kepribadian
anak berkembang lagi. Kini kenikmatannya bergeser. Dia memasuki satu
periode yang akan mempersiapkan diri untuk menjadi orang yang lebih
dewasa. Periode ini dinamakan Periode Genital. Dia senang mempermainkan alat kelaminnya dan memperlihatkan kepada orang tuanya.
Kebutuhan
manusia berkembang, semakin dewasa manusia, semakin abstraklah
kebutuhannya. Pada orang-orang tertentu, kepribadiannya itu terhambat
dan tidak bisa berkembang. Hambatan kepribadian disebut Fiksasi.
Ada orang yang terhambat pada pemenuhan kebutuhan oral saja. Walaupun
sudah dewasa, dia hanya memperoleh kenikmatan pada makan dan minum.
Perbedaannya, dia mengubah makan dan minum itu ke dalam bentuk simbol,
misalnya dalam bentuk pemilikan kekayaan.
Orang-orang
modern, dalam pandangan Freud, adalah orang-orang yang sakit jiwa,
orang-orang yang terhambat perkembangan kepribadiannya. Mereka hanya
mengejar kenikmatan dalam makan dan minum saja, atau paling tidak,
mereka terhambat pada tingkat genital. Mereka, seperti anak-anak, masih
mencari kenikmatan dalam mempermainkan alat kelaminnya.
Orang
modern adalah orang yang kerjanya menumpuk kekayaan. Ia memperoleh
kenikmatan dengan melihat banyaknya kekayaan yang dimilikinya. Dia
memperoleh kenikmatan dalam membaca laporan depositonya di bank. Kalau
dia ingat, dia membuka lemari dan menyibak lembaran-lembaran
depositonya. Ia tidak ingin menggunakan depositonya karena takut jumlah
uang itu akan berkurang.
Ada juga orang-orang yang membeli
barang-barang dan memperoleh kenikmatan dengan melihat tumpukan
barang-barang itu. Sebetulnya sebagian barang itu saja sudah cukup
baginya, tetapi dia memperoleh kenikmatan dalam pemilikan semua
barang-barang itu. Orang seperti itu bertahan dalam tahap yang kedua
yaitu tahap kenikmatan melihat kotoran. Freud juga memandang bahwa
kekayaan-kekayaan yang ditumpuk itu sebetulnya adalah kotoran. Dia
terhambat pada Periode Anal.
Manusia yang tidak mengalami
fiksasi akan memasuki tahap kebutuhan yang lebih abstrak, antara lain
kebutuhan intelektual, kebutuhan akan informasi, kenikmatan dalam
mengumpulkan informasi, atau kenikmatan dalam menyampaikan informasi.
Informasi itu sesuatu yang abstrak.
Abraham Maslow membuat
piramida kebutuhan manusia. Semakin tinggi bagian piramida, semakin
abstrak pula kebutuhannya. Pada tingkat yang paling bawah, manusia hanya
memenuhi kebutuhan makan dan minum atau kebutuhan biologis. Bila
kebutuhan biologis sudah terpenuhi, kebutuhannya akan naik pada tingkat
selanjutnya. Kebutuhan di atasnya itu adalah kebutuhan akan kasih
sayang, ketenteraman, dan rasa aman. Lebih atas lagi adalah kebutuhan
akan perhatian dan pengakuan. Lebih tinggi dari itu adalah kebutuhan
akan self actualization atau aktualisasi diri. Dalam Islam, hal itu disebut kebutuhan akan al-takamul al-ruhani, proses penyempurnaan spiritual. Itulah tingkat yang paling tinggi dari kebutuhan itu.
Semakin
dewasa seseorang, semakin abstrak kebutuhannya. Kebutuhan yang paling
tinggi ialah ketika orang berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan
ruhaninya, bukan kebutuhan-kebutuhan jasmaniahnya.
Akuntansi, AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK, Teori Ekonomi Klasik vs Teori Ekonomi Keynesian, biaya, indonesia, presiden, analisa, perbankan, uang, neraca, RERANGKA KONSEPTUAL – SUATU MODEL (teori akuntansi), bursa efek, laba, manajemen, laba-laba, psikology, hikmah, tokoh, pemikiran, detik.com
pikiran ragu dan takut adalah jalan menuju kegagalan..taklukkan sikap negatif dan ragu dan anda menaklukkan kegagalan...
(Bryan Adams) (pepatah Arab) (Abu Bakar) (Kong Fu Cu) (Sarah Ban Beathnach) (Vincent Lombardi) (Kahlil Gibran) (Ingrid Bergman) (Aly ibn Abi Thalib) (Ibnu Khaldun) (William Blake) Ar Yu ReDEY..?!
|