Abu Al-Wafa Al-Buzjani hidup pada abad ke 10 M, beliau seorang yang
saintis yang serba bisa. Selain ahli di bidang matematika, ia pun terkenal
sebagai seorang astronom dan insinyur kenamaan pada zamannya. Kiprah dan
pemikirannya di bidang sains diakui Barat. Sebagai bentuk pengakuan dunia atas
jasanya dalam mengembangkan astronomi, organisasi astronomi dunia mengabadikan
namanya menjadi salah satu nama kawah di bulan.
Dalam bidang matematika, sang ilmuwan banyak memberi sumbangan yang
sangat penting, diantaranya mewariskan Kitab
Al-Kamil yang membahas tentang ilmu hitung (aritmatika) praktis. Kontribusi
lainnya yang tak kalah penting adalah Kitab
Al-Handasa yang mengkaji penerapan geometri selain berjasa besar dalam
mengembangkan trigonometri. Ia tercatat menulis kritik atas pemikiran Euclid,
Diophanfor dan Al-Khawarizmi, sayang risalah itu hilang.
Ia orang pertama yang mencetuskan rumus umum sinus dan metode baru
membentuk tabel sinus. Juga membenarkan nilai sinus 30 derajat ke tempat desimal
kedelapan. Yang lebih mengagumkan lagi, ia membuat studi khusus tentang tangen
serta menghitung sebuah tabel tangen. Istilah secan dan co secan juga
pertama kali dikenalkan oleh Abu Al-Wafa. Baron Barra de Vaux yang hidup pada
abad 19 M mengambil konsep secan yang dicetuskannya.
Salah satu jasa terbesar yang diberikan Abu Al-Wafa bagi studi
matematika adalah trigonometri, ia berhasil menyusun rumus yang menjadi
identitas trigonometri. Rumus tersebut yaitu :
sin(a+b) = sin(a)cos(b) + cos(a)sin(b)
cos(2a) = 1 – 2sin2(a)
sin(2a) =
2sin(a)cos(a)
selain itu, Abu Al-Wafa berhasil membentuk rumus geometri untuk
parabola, yakni :
x4 = a and x4 + ax3 = b
ia juga memecahkan masalah yang berkaitan dengan spherical triangel.
Abu Al-Wafa tumbuh di era bangkitnya dinasti Islam baru, Buwaih tahun
945-1055 M. Kesultanan Buwaih menancapkan benderanya diantara periode peralihan
kekuasaan dari Arab ke Turki. Dinasti ini memindahkan ibukota pemerintahannya
ke Baghdad saat Adud Ad-Dawlah berkuasa dari tahun 949 hingga 983 M.
Pemerintahan Ad-Dawlah sangat mendukung dan memfasilitasi para ilmuwan dan
seniman. Dukungan itulah yang membuat Abu Al-Wafa memutuskan hijrah dari
kampung halamannya ke Baghdad dan memutuskan mendedikasikan dirinya bagi ilmu
pengetahuan di istana Adud Ad-Dawlah pada 959M. Matematikus lainnya yang juga
bekerja di istana Adud Ad-Dawlah antara lain al-Quthi dan al-Sijzi.
Pada masa pemerintahan Sharaf ad-Dawlah, Abu Al-Wafa dengan dibantu
al-Quthi membangun sebuah observatorium astronomi di taman istana sultan di
kota Baghdad atas permintaan sultan yang resmi dibuka pada Juni 1988 M. Untuk
memantau bintang dari observatorium itu, secara khusus Abu Al-Wafa membangun
kuadran dinding. Sayang, observatorium tersebut tak bertahan lama. Begitu
sultan Sharaf ad-Dawlah wafat, observatorium itupun lalu ditutup.